RSS

Catatan Senja Hari

 

LELAHKU PADAMU

tak harus aku miliki lelahku. saat berharap untaian kata berpangku padamu sedang haluanmu merenda senyawa-senyawa zamrud khatulistiwa dalam bayangku

tak harus aku miliki lelahku. ketika jiwa merapuh tertatih lalu airmu menyerap hancurku. dan menuntunku kemudian. sedang aku telah tak mampu menangkap dekapanmu yang meluluhlantakkan seluruh sendi ucapku.

tak harus memalaikat dirimu. biarkan aku dalam perjalanan yang seujung waktu dengan nahkoda yang mengharu bersama waktu. menuju surganya yang abadi. menuju nirwana yang sesungguhnya. entah apa dirimu kemudian. berharap berberkah sampai kapanpun sanggupku menopang gairah jiwa yang semakin kosong. mengalirlah suatu hari nanti untukmu malaikatku kesekian.

 

HARI-HARIKU MENANTI

Isyq-ku menarilah bersamaku saat mendung mengiringi langkah semu kita. Menuntun ke rumah keabadian yang nyata tak pernah terpatri. Isyq-ku mengadulah padaku tentang cerita-cerita syahdu yang benar-benar tinggal hanya cerita itu. Tanpa pernah tersaput awan keceriaan yang mestinya menguntai rindumu. Aku akan mengikuti langkahmu dengan jiwa kosongku. Karena rohku telah tak mampu membendung guratan-guratan mimpi yang mungkin akan tetap mimpi. Isyq-ku berpalinglah, pada sebentuk pilu yang tak ingin kan menyapaku dengan kilaunya. Isyq-ku, kutangiskan hampaku kemudian, kusandaran dibahumu yang bernaung dimimpiku. Isyq-ku jangan pernah tersenyum. Jika senyum itu adalah ujung berpulangmu padaku. Aku tak pernah ingin berpisah dengan pesonamu. Walau aku tahu, batas pertemuan dan perpisahan itu hanya selembar daun saja. Selamat bermimpi; aku pada isyq-ku. Malam merindu dan pergimu. (07-12-2013;02 dini hari)

 

SECAWAN UNTUKKU

Secawan anggur yang tak lagi memerah. Menawarkan padaku saat aku membiru. Tidak perlu ada pertanyaan kenapa datang terlambat. Karena haluan tak akan berubah walau segudang penawaran tak pernah tersampaikan, mengeluh sedikit. Tak banyak. Tak berani mengulur waktu untuk saat yang salah. Tak berani menoleh walau pandangan mulai mengaburkan diri. Tak perlu hancur walau sapa menderai. Dalam penawaran anggur memutih. Ku nikmati sebuah senyum dan tawa renyah di hutan tak rimba siang itu. Kuterima tawaran senda gurau sesingkat kilat di ujung derasnya rindu semu memilu padamu. Tawarkan lagi padaku, pesonamu di sudut cawan itu. (07-12-2013;02 dini hari)

MENANTI MALAM

Malam ini kunanti kabarmu helai angin yang dingin membekumu. Di penghujung waktu tak kutemu itu, sampai senja menutup mata. Sampai fajar memungut embunnya, kau masih diam tak bergeming dengan hadirmu. Malam ini aku hanya menanti seberkas kata yang tak harus ada makna tersirat. Karena ku tahu itu tak kan lewat. Tak kan membekas di antara jari-jari kekarmu merangkai untaian itu. Senandung malam menemaniku menantimu. Walau sang malam tau itu tak kan hampiriku, tapi tetap dengan setianya sang malam temaniku. (07-12-2013;02 dini hari)

 

 

Tinggalkan komentar