RSS

Menulis Puisi

Cara Praktis Menulis Puisi

     Puisi adalah salah satu karya sastra yang terangkai atas kalimat-kalimat indah  berisi ungkapan hati seseorang. Dari segi bentuk, puisi  memiliki perbedaan-perbedaan dengan karya sastra yang lain, seperti cerpen, novel dan drama. Puisi terbentuk atas susunan kata-kata, bukan kalimat seperti yang ada dalam karya sastra naratif lainnya. Sedangkan dari segi penulisannya, puisi tersusun dalam baris/larik dan bait bukan dalam susunan paragraf.

     Bagi seorang penulis pemula, pasti merasakan kesulitan dalam memulai menulis puisi. Hal ini dikarenakan beban dalam pikirannya bahwa menulis puisi adalah hal yang sulit karena harus menulis ungkapan hatinya dengan kalimat-kalimat singkat dan dengan bahasa yang indah, apalagi kalau harus terbebani dengan sajak-sajak yang dapat memperindah puisi. Berikut beberapa cara praktis menulis puisi yang dapat dipraktikkan dengan santai dan menyenangkan:

1.     Tentukan objek penulisan.

     Semua karya sastra pasti diawali dengan penentuan objek tulisan, pada umumnya di sebut dengan penentuan tema, tema ini yang akan menjadi cikal bakal tulisan yang dibuat. Tapi untuk lebih meringankan beban pikiran, cari saja objek tulisan. Objek apa yang ingin kita jadikan tulisan. Sebagai pemula, tidak perlu mencari sesuatu yang terlalu jauh jangkauannya dari kita. Silahkan ambil objek penulisan yang ada di sekeliling kita saja. Misalnya tentang bunga. Di sekitar kita banyak bunga dengan berbagai macam dan jenisnya.  Sebagai pilihan pertama kita pilih bunga mawar. Kenapa mawar, karena mawar memiliki simbol  dan ciri-ciri yang sudah kita ketahui. Selanjutnya, mawar ini disebut sebagai inspirasi kita untuk menulis puisi.

2.     Lakukan perenungan, pengenalan objek, interpretasi  objek

     Setelah memutuskan mawar sebagai objek, coba kita renungkan tentang “sosok: bunga mawar, identitas yang dimiliki oleh mawar. Misalnya: bahwa mawar terkenal dengan baunya yang harum semerbak, memiliki susunan daun yang indah, memiliki duri-duri yang “bertugas” menjaga keindahan bunga, dan lain sebagainya. Kita hanya harus memikirkan identitasnya dulu, jangan terbebani dengan simbol-simbol yang dimiliki tentang “sosok” bunga mawar.

3.    Memulai dengan kata kunci

     Pada tahap ini biasanya seorang penulis pemula mulai mengalami kesulitan menulis puisi. Selalu muncul pertanyaan, “saya mulai dari mana?” atau “saya mulai dengan kata apa?” yang agak parah adalah munculnya pertanyaan,”saya harus bagaimana dengan objek ini?”.

     Tidak ada yang salah dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Semua menjadi lumrah tiap kali kita harus memulai dengan hal-hal baru pasti membutuhkan proses adaptasi yang rumit dan memusingkan. Kata kunci yang dimaksud di sini adalah kata awal yang kita munculkan dalam  sebuah karya tulis termasuk dalam menulis puisi. Kata kunci ini dapat juga sebagai “pelancar” kata-kata berikutnya yang akan keluar dalam benak kita dan tersusun rapi dalam tulisan yang kita hasilkan. Untuk objek mawar yang kita putuskan tadi, misalnya kita bisa memulai dengan menyusun kata-kata:

Mawar menggoda dengan senyuman..

Kita dapat saja menggunakan (objek) mawar sebagai kata kuncinya, tapi tidak menutup kemungkinan kita gunakan hal  lain yang merupakan identitas mawar, misalnya:

Merah merona menaburkan indah pesonamu…

atau:

Duri berlagak di tiang kokohmu yang tanpa senyum..

atau dengan pilihan kata kunci yang lain.

4.    Menyusun kata-kata dalam larik puisi

     Dengan perenungan yang kita lakukan tentang “sosok” mawar sebagai objek, serta penentuan kata kunci sesuai dengan “kemampuan” kita menyusun kata demi kata, mulailah kita mencoba membentuknya dalam lingkup yang lebih besar lagi, yaitu larik-larik puisi atau baris demi baris puisi. Dalam penyusunannya, larik-larik puisi ini dapat kita rangkai dengan sederhana saja. Dengan sesuatu yang lugu sebagai pemula. Sekali lagi jangan terpengaruh dengan simbol. Jangan dulu berpikir bahwa saya harus memberikan simbol dalam puisi saya. Pemberian simbol puisi bagi seorang pemula dapat menjadi beban tersendiri yang akan “mengkungkung” ide kreatifitasnya. Sebaiknya bagi penulis puisi pemula, yang harus ditumbuhkan  adalah kebiasaan menulisnya dahulu. Bukan langsung pada pemberian makna pada saat menulis.

Mawar menggoda dengan senyuman..

Dengan ringan ia sapa pagi yang hinggap saat itu

Lalu durinya mengetuk mimpi yang berlalu

Dalam baluran semerbak wewangian yang menjulang ke angkasa hatimu..

……………………………………………..

atau:

Merah merona menaburkan indah pesonamu…

Lalu datang sang kumbang menawarkan jasa untuk merindu

Di tengah hari penuh peluh sang surya

Dalam rangkaian waktu yang bergelut tiap detak jantungnya..

…………………………………………….

     Rangkaikan saja kata-kata sesuai dengan keinginan. Sekali  lagi jangan memikirkan maknanya, penulis hanya bertugas untuk menulis. Merangkaianya jadi satu bentuk tulisan yang diinginkan. Seperti yang tertulis di awal, bahwa puisi tersusun atas kata demi kata bukan dalam kalimat.  Tetapi tidak salah juga jika susunan kata tersebut pada akhirnya membentuk kalimat seperti dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

5.    Mencoba menggunakan majas  dan sajak dalam larik puisi.

     Pada tahapan ini seorang penulis sudah mulai dibebani dengan tugas memperindah bahasa puisi. Beberapa cara memperindah puisi adalah dengan penggunaan majas dan persajakan dalam puisi. Penggunaan majas dalam puisi bisa kita gunakan majas yang paling umum, misalnya personifikasi (menghidupkan benda mati), metafora (menyamakan dengan benda lain), ironi (sindiran, ketidak sesuaian dengan sebenarnya)  atau majas lain yang kita kuasai penggunaannya.

contoh:

Mawar menggoda dengan senyuman.. (personifikasi: mawar menggoda..)

Dengan ringan ia sapa pagi yang hinggap saat itu

……………………………………………..

atau:

Merah merona menaburkan indah pesonamu…

Lalu datang sang kumbang menawarkan jasa untuk merindu

Di tengah hari penuh peluh sang surya (metafora: sang surya/matahari)

…………………………………………….

     Demikian pula dengan penempatan sajak atau persamaan bunyi dalam puisi. Ada beberapa jenis sajak: sajak akhir, sajak dalam, sajak sempurna, asonansi atau persamaan bunyi vokal, alihterasi atau persamaan bunyi konsonan. Hal ini tidak wajib dilakukan. Tetapi jika kita menginginkan puisi yang kita tulis dapat terangkai lebih indah, kita bisa mengaplikasikannya dalam puisi kita.

contoh:

Kamboja luruh sore itu

Berguman air senja di ujung rindu yang memburu

Terdera jera

Mendera

Mendera

Persajakannya:

  • Asonansi (vokal u dalam satu baris)
  • Alihterasi (konsonan r dalam satu baris)
  • Rima akhir (huruf u antar larik/baris)
  • Rima sempurna (bentuk kata mendera pada antar larik)
    6.    Lakukan pelesapan dan atau enjambemen

     Yang dimaksud pelesapan adalah penghilangan salah satu atau beberapa bentuk dalam satu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan bahasa. Sedangkan enjambemen adalah pemenggalan larik suatu puisi yang dilanjutkan pada larik berikutnya. Pelesapan dan enjambemen ini adalah proses edit karya yang sudah dihasilkan. Jangan merasa puas sesaat setelah karya selesai. Silahkan membacanya secara berulang-ulang, resapi kembali apakah puisi tersebut sudah mencapai hasil yang maksimal. Coba dipahami lagi penggunaan diksinya, penyusunan larik-lariknya. Sudah memenuhi “syarat” puisi atau belum, sudah layak disebut sebagai puisi atau belum, masih ada kejanggalan atau tidak, terlalu panjang untuk disebut sebagai puisi atau tidak?.

     Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas silahkan dimunculkan untuk merefleksi karya yang baru saja diselesaikan. Sekali lagi jangan cepat puas. Karya yang bagus bukan diukur dari banyaknya jumlah karya yang dihasilkan, tetapi dari kualitas karyanya. Dan kualitas itu akan diperoleh jika kita benar-benar “memasak” karya itu sampai benar-benar “matang” untuk disebut sebagai karya dengan bentuk tertentu.

contoh pelesapan:

Sesaat setelah awan kembali ke peraduan yang sepi

Pungguk-pungguk yang merindu berlalu tanpa secuilpun senyum

………………………………………………………………..

dapat dilesapkan menjadi:

Sesaat awan kembali ke peraduan sepi

Pungguk-pungguk merindu dan berlalu tanpa secuil senyum

………………………………………………………………

Kata yang mengalami pelesapan adalah: setelah, yang, pun.

Sedangkan enjambemen dapat dicontohkan sebagai berikut:

Bulan separuh dalam bingkai mimpi tengah hari

Berbincang santai antara hati yang tak pernah bersua walau seujung hari

…………………………………………………………….

Dapat dienjambemen menjadi:

Bulan separuh dalam bingkai mimpi

Tengah hari.

Berbincang santai antara hati

Yang tak pernah bersua walau

Seujung hari.

……………………………………………………………

Enjambemen yang dihasilkan adalah terputus diksi: tengah hari,  yang tak pernah bersua, dan seujung hari.

7.    Penentuan tipografi

     Tipografi  adalah bentuk visual yang dapat kita lihat dari sebuah puisi. Sebagai penulis puisi, kita memiliki kebebasan untuk menuangkan semua ide-ide kita di dalamnya, yang biasa disebut dengan istilah licentia poetica.  Salah satu kebebaan kita menuangkan ide selain dari penggunaan kata, juga pembentukan puisi. Jika selama ini kita hanya mengenal atau bahkan terbiasa menulis dengan puisi berbaris 4 pada tiap baitnya, kini kita bebas menentukan jumlah baris, jumlah bait, bahkan bentuk puisi utuhnya. Berikut contoh-contoh visual puisi (tipografi):

Bulan separuh dalam bingkai mimpi

Tengah hari.

Berbincang santai antara hati

Yang tak pernah bersua walau

Seujung hari.

                                                ……………………………………………….

atau:

Merah merona menaburkan indah pesonamu…

Lalu datang sang kumbang menawarkan jasa untuk merindu

Di tengah hari penuh peluh sang surya (metafora: sang surya/matahari)

…………………………………………….

atau:

Kamboja luruh sore itu

          Berguman air senja di ujung rindu yang memburu

                    Terdera jera

                          Mendera

                                 Mendera

                                           ……………..

dan lain sebagainya.

8.    Penentuan judul

     Tahap paling akhir adalah penentuan atau pemberian judul puisi yang telah ditulis. Sebaiknya pemberian judul diletakkan sebagai tugas akhirnya, bukan penentuan judul dahulu baru menulis isi. Jika kita memutuskan untuk membuat judulnya terlebih dahulu, kita akan mendapatkan kesulitan mengolah isi agar tidak terlalu jauh menyimpang dari judul puisi. Tetapi jika kita membuat puisinya terlebih dahulu, kita tinggal mencari hal inti dari puisi kita untuk dijadikan sebagai judulnya. Judul bisa saja kita kembalikan kepada objek awal puisi kita, misalnya:

Senyum Mawar di Angkasa Hati

Mawar menggoda dengan senyuman..

Dengan ringan ia sapa pagi yang hinggap saat itu

Lalu durinya mengetuk mimpi yang berlalu

Dalam baluran semerbak wewangian yang menjulang ke angkasa hatimu..

……………………………………………..

atau:

Kamboja  Mendera

Kamboja luruh sore itu

Berguman air senja di ujung rindu yang memburu

Terdera jera

Mendera

Mendera

……………..

Bisa juga menggunakan hal lain selain objek awal, misalnya:

                                    Mimpi yang Pernah Bersua

Bulan separuh dalam bingkai mimpi

Tengah hari.

Berbincang santai antara hati

Yang tak pernah bersua walau

Seujung hari.

……………………………………………………………

atau:

                                    Sapa Kumbang

Merah merona menaburkan indah pesonamu…

Lalu datang sang kumbang menawarkan jasa untuk merindu

Di tengah hari penuh peluh sang surya

Dalam rangkaian waktu yang bergelut tiap detak jantungnya..

…………………………………………….

9.    Penutup

     Menulis puisi seperti halnya aktivitas menulis yang lain, butuh ketelatenan, butuh pembelajaran, pembiasaan, dan rutinitas. Semakin sering kita menghasilkan karya semakin mudah kita memulainya. Jangan pernah ragu untuk menulis, apapun jenisnya dan apapun yang ingin kita tulis. Termasuk dalam hal menulis puisi.  Semakin sering kita menulis puisi akan semakin mudah kita mencari hal-hal yang dapat kita jadikan objek puisi kita. Semakin peka pula hati kita untuk mendapatkan inspirasi tulisan yang tak terbatas dari mana saja datangnya. Selamat mencoba..

 

Tinggalkan komentar